Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keutamaan dan Pahala Menafkahi Istri dan Anak yang Perlu Diketahui Para Suami

Dalam sebuah keluarga, kewajiban memberi nafkah berada pada suami. Oleh karena itu, sudah seharusnya seorang suami berusaha keras untuk memberikan nafkah terbaiknya kepada istri dan anak-anaknya. Dalam memberikan nafkah, Islam memberi rambu-rambu agar hanya nafkah halal saja yang diberikan. Jika nafkah haram sampai masuk ke dalam perut, maka akan berpengaruh kurang baik terhadap kehidupan keluarga.

 

Dalam Islam, kerja keras seorang suami dalam memberi nafkah untuk keluarganya ternyata mendapat penghargaan yang tinggi di sisi Allah. Karenanya, hal ini seharusnya menjadi motivasi besar bagi para suami saat menjemput rizki-Nya.

 

Terkadang, dalam menjemput rizki-Nya tidak semulus yang dibayangkan dan ada ujian-ujian kecil yang mengharuskan untuk tetap sabar dan menjauhkan diri dari putus asa. Maka dari itu, pengetahuan tentang balasan dan pahala dari Allah bagi para suami yang sedang berjuang menafkahi keluarga patut untuk selalu diingat.

Terkadang, dalam menjemput rizki-Nya tidak semulus yang dibayangkan dan ada ujian-ujian kecil yang mengharuskan untuk tetap sabar dan menjauhkan diri dari putus asa. Maka dari itu, pengetahuan tentang balasan dan pahala dari Allah bagi para suami yang sedang berjuang menafkahi keluarga patut untuk selalu diingat.

 

Di antara keutamaan-keutamaan menafkahi keluarga atau istri dan anak yaitu :

 

1.       Nafkah yang diberikan untuk keluarga lebih utama dibandingkan bentuk sedekah yang lain

Rasulullah pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah

“satu dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau infakkan untuk membebaskan budak, satu dinar yang engkau sedekahkan untuk orang miskin, dan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu; yang paling besar pahalanya adalah yang engkau nafkahkan untuk keluargamu.”

 

Dari hadits di atas bisa diketahui bahwa ternyata sedekah itu tidak hanya berupa memasukkan uang di kotak amal, memberi makan pada orang miskin, dan menyantuni anak yatim. Ternyata memberi nafkah untuk keluarga dengan niat mencari ridho Allah termasuk dalam kategori sedekah yang paling utama.

 

2.       Mencari nafkah termasuk jihad

Jika mendengar kata jihad, maka seseorang biasanya akan terbayang dengan pasukan yang berkumpul dan membawa pedang serta terjadi pertumpahan darah.

 

Mencari nafkah yang tergolong jihad tentu saja saat berada di jalur yang benar yaitu mencari yang halal dan dengan cara yang halal.

 

Al Qadhai meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Abu Na’im dalam kitab Hilyatul Auliya :

طَلَبُ الْحَلَالِ جِهَادٌ

 “Mencari nafkah yang halal adalah jihad”

 

3.       Meninggal dunia dalam keadaan diampuni

Ibnu ‘Asakir meriwayatkan dari Anas ra :

مَنْ مَاتَ كَالًّا فِي طَلَبٍ الْحَلَالِ مَاتَ مَغْفُوْرًا لَهُ

“Barang siapa yang meninggal dunia dalam mencari nafkah yang halal, maka dia meninggal dunia dalam keadan diampuni.”

 

Baca Juga : Kisah Penguat Keluarga


Pentingnya Mengajarkan pada Putranya untuk Mencari Nafkah yang Halal

 

Terkait pentingnya mengajari anak untuk mencari nafkah, ada kisah yang cukup menarik sebagaimana tercantum di buku “Prophetic Parenting : Cara Nabi Saw mendidik Anak, karya Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid dan diterjemahkan oleh Farid Abdul Aziz Qurusy, terbitan pro-U Media tahun 2009 (cetakan IV) halaman 62”

 

“Suatu saat Umar bin Khaththab berjalan di salah satu gang kota Madinah, ada seorang gadis cilik di hadapannya yang berdiri dan duduk berulang-ulang. Dia bertanya, “kasihan. Ada apa dengan anak ini?” Ibnu Umar menjawab, “ini salah satu cucumu, wahai Amirul Mukminin.” Dia bertanya lagi, ‘Ada apa dengannya?” Ibnu Umar menjawab, “Engkau tidak memberinya nafkah yang ada padamu.” Umar berkata, “Apakah engkau tidak sanggup kalau aku tidak memberinya lalu engkau memberinya nafkah dari harta milikmu, seperti orang lain yang memberi nafkah kepada putri-putri mereka? Demi Allah hartamu ada padaku, kecuali milik seseorang dari kalangan kaum muslimin. Antara aku dengan engkau ada Kitab Allah.” Al-Hasan mengatakan, “Demi Allah, Umar pun menuntunnya.”

 

Demikian pentingnya urusan nafkah dan tanggungjawab suami terhadap istri dan anak-anaknya, ternyata dibarengi dengan balasan pahala yang berlimpah dari Allah. Semoga Allah memudahkan para suami yang sedang berjuang menjemput rizki-Nya untuk menafkahi istri dan anak-anak.


Posting Komentar untuk "Keutamaan dan Pahala Menafkahi Istri dan Anak yang Perlu Diketahui Para Suami"